Sewaktu polisi membawa kakek Huang ke kampung, semua orang dikagetkan akan kedatangannya. Selama 7 tahun ini kampung sudah tenang, namun kedatangannya mengingatkan kejadian 7 tahun lalu.
Tahun itu bulan 12, adalah bulan paling dingin, di tengah dinginnya malam, penduduk mendapatkan rumah kakek Huang sudah terbakar habis dan tersisa abu saja, semua orang mengira kakek sudah meninggal di dalam rumah.
Kakek Huang kemudian menceritakan kisahnya. Istrinya mati muda sehingga dia harus merawat anak laki-lakinya ssendirian, membiayainya sekolah dan berharap suatu hari menjadi orang berhasil. Anak kakek Huang, Alung adalah seorang anak yang pintar, namun sejak SMA dia berubah drastis. Alung tidak lagi mau belajar dan hanya mau bermain dan bergaul dengan anak-anak nakal.
Karena itulah setela lulus, Alung hanya bisa bekerja di kota. Dia tidak pernah bisa mengirim uang pulang ke rumah, bahkan kadang masih meminta uang pada kakek Huang, tapi selama beberapa tahun Alung tidak di rumah, kakek Huang bisa hidup tenang di kampung.
Tapi sejak Alung menikah, semuanya berubah. Istri Alung pemalas dan tak mau kerja, namun senang berdandan. Suatu kali kakek Huang sakit keras, Alung dan istrinya merasa kakek Huang adalah beban keluarga dan merepotkan, mereka merasa kkakek Huang lebih baik mati saja
Padahal selama ini kakek Huang selalu sendirian mengurus sawahnya tanpa bantuan orang lain. Walau tidak kaya, tapi dia bisa hidup tenang. Siapa sangka tahun itu di bulan 12, rumah kakek Huang tiba-tiba terbakar di tengah malam.
7 tahun berlalu, tanah dan sawah milik kakek Huang sudah dimiliki Alung. Waktu Alung melihat sosok ayahnya, dia langsung lemas dan berlutut. Namun kakek Huang masih ingat jelas kejadian malam hari itu.
Malam itu dia melihat dengan mata kepala sendiri anaknya menyulut api di depan rumah, saat itu kakek Huang mau pergi ke WC. Dia tidak mengerti mengapa anaknya mau membakarnya seperti ini, tapi karena dia yakin anaknya berharap dia mati, akhirnya kakek Huang kabur lewat jendela tengah malam itu.
Selama 7 tahun ini kakek Huang tidak berani pulang ke kampung, akhirnya ia pergi ke kota. Namun karena tidak memiliki kartu identitas, dia tidak bisa menemukan pekerjaan dan hanya bisa mengemis dan mengerjakan beberappa pekerjaan serabutan. Karena kelelahan, ia akhirnya sakit dan menghabiskan semua uangnya.
Sampai akhirnya kakek Huang pergi membeli makanan dan terus dihina oleh pegawai restoran, akhirnya kakek Huang dibawa ke kantor polisi. Disanalah barru diketahui kalau menurut data kependudukan, kakek Huang tercatat sudah meninggal. Hal ini menarik para polisi untuk menyelidiki kebenarannya. Akhirnya setelah kakek Huang menceritakan semuanya, polisi rela membantunya menyelesaikan kasus ini dan memberikan keadilan bagi kakek Huang.
Ternyata setelah diselidiki, kakek Huang memiliki asuransi jiwa yang jumlahnya cukup besar, sehingga ketika ia dinyatakan meninggal, Alung mendapat sejumlah uang. pihak kepolisian akhirnya mau menindaklanjuti kasus ini.
Alung akhirnya dbawa ke kantor polisi, namun walaupun kakek Huang sudah pulang ke kampungnya, ia tetaap tidak diterima oleh menantunya sendiri sampai akhirnya kakek Huang memutuskan untuk pergi lagi dari kampung itu...
@Cerpen.co.id
0 Response to "Merasa Direpotkan, Ia "Membakar Ayahnya Hidup-hidup", 7 Tahun Kemudian Ayahnya Muncul Tiba-tiba dan…"
Posting Komentar